Adnan Membeli Terasi….
December 1, 2008 by Panglatu
Masih ingat Adnan…?! Pria terkocak di kampung kami Simangumban Pahae.
Kali ini Adnan mengunjungi Saudaranya di Kota Pinang, Labuhan Batu.
Kota Pinang adalah persimpangan antara arah ke Gunung Tua dan Padang Sidempuan dengan arah Dumai dan Pekan Baru, melalui Sikampak.
Dengan menumpang Bus SATAHI Adnan berangkat ke Kota Pinang mengunjungi saudaranya yang mengadakan Kenduri Pernikahan Anaknya, Adnan berangkat sendiri karena demi Penghematan Ongkos… maklum saat itu belum musim Panen, sehingga keuangan pun pas pas an saja.
Dengan pakaian yang Terbaik yang dimilikinya Adnan mengatur gaya bicara dan langkahnya, tetapi dasar Adnan Orang Pahae Asli, nggak bakalan bisa menghilangkan logat dan bahasanya.
Adnan yang juga termasuk anggota ISTI (ikatan suami takut istri), Dia mengingat betul pesanan istrinya agar Dia membeli Bolasan, Belacan kata orang Medan, atau Terasi yang berbau aneh tetapi sangat digemari di desa kami, bila ada orang yang membakar Bolasan, seluruh desa akan menghirup aromanya, maklum di Kampung kami Minyak Goreng adalah barang Mewah yang agak jarang di gunakan.
Ada cerita tentang Minyak goreng ini, tentang sepasang Suami Istri yang baru menikah… karena mereka selalu menggunakan Minyak Goreng untuk menggoreng Ikan Asin yang mereka santap, sang mertua langsung menggosipkannya kepada tetangga “Ser do manogot… Ser do potang … andigan ma dabo miduk na mancari on…”
“Ser di pagi hari… Ser di sore hari… kapan akan terkumpul pencahariannya…” maksudnya suara ser… yang ditimbulkan ketika menggoreng sesuatu.
Keesokan harinya seusai Kenduri, Adnan pergi sendiri ke Pasar di Kota Pinang, karena saudaranya masih repot membereskan segala sesuatunya.
Tetapi Adnan bingung, karena dilihatnya tak ada Terasi yang dipajang di depan Toko… seperti kebiasaan di Kampung kami.
Seperti kebiasaan di daerah Labuhan Batu, toko toko biasanya kebanyakan dimiliki oleh pengusaha Keturunan China, di Kota Pinangpun sama saja.
Adnan ahirnya bertanya pada salah satu Toko yang dijaga oleh A Moy, sebutan untuk Gadis keturunan China di Medan, dia bertanya dengan logat Simangumbannya.
“Ito… adakah Bolasan…?!” tanya Adnan.
“Maaf nggak tau aku apa itu Bolasan…” Amoy menjawab bingung.
“Bah… massam mana pulak kau nggak tau… semua orang di Simangumban pasti tau itu…” kata Adnan menekankan.
“Apa..?! Simangumban itu ada di mana… ?! nggak taulah awak…” jawab si Amoy nggak mau disalahkan.
“Ya… tapi masak Bolasan saja kau nggak tau…” sahut Adnan nggak mau kalah.
“Nggak taulah aku… cuba Abang tanyak sama Pak Hansip di pos itu…” Amoy menunjuk Gardu Hansip di pojok Pasar.
“Bah… mana pulak ada urusannya sama Kamra… (Keamanan Rakyat kata orang Simangumban) “ jawab Adnan.
Adnan sedikit Nervous dan ngeri… bukan apa apa… nggak bisa dibayangkannya betapa marah Istrinya Tersayang, Boru Lubis itu bila Dia tidak membawa pesanannya, sebab menurut Istrinya Terasi asal Labuhan Batu rasanya beda… karena berasal dari Sungai Berombang… dimuara Sungai Bilah dan Sungai Barumun… yang penuh dengan udang halus (kecil kecil) yang menjadi bahan dasarTerasi.
Oh ya, Terasi di Rantau Prapat atau Labuhan Batu tidak berbentuk bongkahan seperti di Jawa, tetapi model karungan… berbentuk seperti tanah liat yang empuk, pembeli bebas memesan sesuai kebutuhannya.
“Lebih baik Pulang Nyawa dari pada Gagal membawa Terasi…. “ tekad Adnan seperti Motto pasukan Siliwangi itu.
Dia berpikir keras bagaimana caranya menjelaskan pada si Amoy, bukan Adnan namanya kalau nggak banyak akal dan Banyak Tak tik (BATAK).
Tiba tiba Adnan punya ide yang sangat cemerlang…
Adnan menyusupkan jari telunjuknya kebawah ketiak yang berkeringat saat itu… mengoles olesnya hingga yakin tersapu rata oleh “Ramuannya”, apalagi sejak dua hari yang lalu Dia belum Mandi… karena Sumur satu satunya milik saudaranya selalu sibuk terpakai untuk persiapan acara Kenduri.
Dengan cepat di cabutnya jarinya sambil diacungkan tepat didepan Hidung si Amoy cantik “ ini… yang seperti ini baunya…”
“Oh… Belacan … “ si Amoy menjawab dan langsung membuang muka….
“Ini orang mandinya terahir tahun berapa ya…?!” pikir si Amoy, tetapi karena pembeli adalah raja… si Amoy tetap melayani Adnan, walaupun kali ini Dia agak menjauh…
“Ada… sengaja nggak di pajang di depan… soalnya baunya kurang enaklah… “kata si Amoy.
“Bah… yang bau itu yang paling enak…” sahut si Adnan yang membuat si Amoy mengernyitkan alis.
“Tolong dibungkus lima kilo…” kata Adnan tanpa dosa….
“Beh… ini orang makannya Cuma terasi apa…?! “ si Amoy tak habis pikir.
“Pilih yang paling Bau…” si Adnan memberi perintah.
Amoy…” $%#*@^$….?!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar